Peradaban
Lembah Sungai Nil
Peradaban lembah sungai Nil di Mesir Bermula dari
kesuburan tanah di sekitar lembah sungai yang diakibatkan oleh meluapnya air
sungai akibat banjir dan meninggalkan lumpur di daerah tepi sungai. Hal inilah
yang membuat manusia tertarik untuk memulai hidup dan membangun peradaban di
daerah sungai Nil ini. Peradaban lembah sungai ini di bangun oleh para
masyarakat Mesir kuno.
Kehidupan Masyarakat Mesir Kuno dan
Batas-batas Wilayah
Sungai
Nil merupakan sungai yang terpanjang di dunia yang mencapai 6400 kilometer.
Sungai Nil berhulu di dataran tinggi (pegunungan) Kilimanjaro di Afrika Timur.
Sungai Nil mengalir dari arah selatan ke arah utara yang bermuara ke Laut
Tengah (Mediterania) dan sungai Nil ini melalui empat negara yaitu Uganda,
Sudan, Ethiopia, dan Mesir.
Setiap
tahunnya sungai Nil ini selalu mengalami fenomena alam seperti banjir. Luapan
banjir itu menggenangi daerah di sekitar kiri dan kanan sungai, sehingga lembah
sungai Nil ini menjadi subur selebar antara 15 sampai 50 kilometer.
Adapun
batas-batas peradaban lembah sungai Nil ini adalah:
·
Utara Mesir
dengan laut tengah (Mediterania)
·
Selatan dengan
gurun Nubia di Sudan
·
Timur dengan
gurun Arabia di tepi Laut Merah (Red Sea)
·
Barat dengan
gurun Libya
Menurut
Mitos kepercayaan masyarakat setempat pada masa itu menyebutkan, air sungai
yang mengalir terus tersebut adalah air mata dewi Isi yang selalu menangis dan
menyusuri sungai Nil untuk mencari jenazah anaknya yang gugur di medan
pertempuran.
Namun
secara ilmiah, air sunagai nil tersebut berasal dari gletser yang mencair dari
pegunungan Kilimanjaro sebagai hulu sungai.
Peranan
sungai Nil ini menjadi begitu penting bagi masyarakat di daerah lembah sungai
tersebut. Maka tepatlah jikalau Herodotus mengatakan “sungai Nil merupakan hadiah
untuk Mesir”
Lembah
sungai Nil yang subur mendorong minat masyarakat untuk bertani. Air sungai Nil
di manfaatkan untuk irigasi dengan membangun saluran air, terusan-terusan dan
waduk. Air sungai di alirkan ke ladang-ladang milik masyarakat secara merata.
Untuk memenuhi kebutuhan barang-barang serta untuk menjual hasil produksi
rakyat Mesir, maka dijalinlah hubungan dengan Mesopotamia dan Yunani di kawasan
Laut Tengah. Peranan sungai Nil adalah sebagai sarana transportasi perdagangan
karena banyaknya perahu-perahu dagang yang melintasi sungai Nil ini.
Sistem Kekuasaan Raja-Raja Mesir Kuno
Sejarah
perpolitikan di Mesir berawal dari terbentuknya komunitas-komunitas di
desa-desa sebagai kerajaan-kerajaan kecil dengan pemerintahan desa. Desa itu
disebut oleh masyarakat Mesir adalah Nomen. Dari desa-desa kecil ini
berkembanglahmenjadi sebuah kota yang kemudian kota-kota ini disatukan menjadi
sebuah kerajaan, oleh itulah terbentuknya kerajaan Mesir Hulu dengan Kerajaan
Mesir Hilir.. proses ini berawal dari 4000 BC namun pada tahun 3400 BC seorang
penguasa yang bernama Menes mempersatukan kedua kerajaan tersebut menjadi satu
kerajaan Mesir Kuno.
Mesir
merupakan sebuah kerajaan yang diperintah oleh raja yang bergelar Firaun.
Firaun berkuasa secara absolut. Firaun dianggap sebagai dewa dan dipercaya
sebagai putera dewa Osiris, seluruh kekuasaan berada ditangannya baik sipil,
militer maupun agama.
Sebagai
penguasa, firaun mengklaim atas seluruh tanah kerajaan. Rakyat yang tinggal di
wilayah kerajaan harus membayar pajak. Untuk keperluan tersebut Firaun
memerintahkan untuk sensus penduduk, tanah dan bintang ternak. Firaun membuat
undang-undang dan karena itu ia menguasai pengadilan. Sebagai penguasa militer
firaun berperan sebagai panglima perang, sedangkan pada waktu damai ia
memerintahkan tentaranya untuk membangun kanal-kanal dan jalan raya.
Untuk
menjalankan pemerintahannya Firaun mengangkat para pejabat yang ada pada
umumnya berasal dari golongan bangsawan. Ada pejabat gubernur yang memerintah
propinsi, panglima ketentaraan, hakim di pengadilan dan pendeta untuk
melaksanakan upacara keagamaan. Salah satu jabatan yang terpenting adalah Wazir
atau Perdana Menteri yang umumnya dijabat oleh putra mahkota.
Sejak
tahun 3400 BC sejarah Mesir diperintah oleh tiga puluh dinasti yang berbeda
yang terdiri dari tiga zaman yaitu kerajaan Mesir Tua yang berpusat di Memphis,
kerajaan Tengah di Awaris dan Mesir Baru di Thebe.
Secara
garis besar keadaan pemerintahan raja-raja Mesir adalah sebagai berikut:
Kerajaan Mesir Tua (2660-2180 BC)
Kerajaan
Mesir Tua bermula ketika Menes berhasil mempersatukan antara Mesir Hulu dengan
Mesir Hilir. Sebagai pemersatu Menes pun digelari Nesutbiti dan digambarkan
memakai mahkota kembar.
Kerajaan
Mesir tua disebut sebagai zaman Piramida karena pada masa inilah dibangun
piramida-piramida terkenal misalnya piramida Sakarah dari Firaun Joser,
sedangkan Piramida Gizeh adalah makam Firaun Cheops, Chifren dan Menkawa.
Runtuhnya
Mesir Tua disebabkan karena sejak tahun 2500 BC pemerintahan mengalami kekacauan,
bangsa-bangsa dari luar misalnya dari Asia Kecil melancarkan serangan ke Mesir,
sedangkan para bangsawan banyak yang melepaskan diri dan ingin berkuasa
sendiri-sendiri. Akhirnya terjadilah perpecahan antara Mesir Hulu dan Mesir
Hilir.
Kerajaan Mesir Tengah (1640-1570
BC)
Kerajaan Mesir Tengah dikenal dengan tampilnya Sesotris
III, Sesotris III berhasil memulihkan persatuan dan membangun kembali Mesir.
Tindakan yang diambilnya adalah membuka tanah pertanian, pembuatan waduk,
membangun proyek irigasi, dan lain-lain. Ia pun meningkatkan perdagangan dengan
bangsa luar seperti Palestina, Syria dan pulau Kreta. Sesotris III juga
berhasil memperluas wilayah Mesir Ke arah Selatan sampai ke Nubia (kini
Ethiopia). Kehancuran kerajaan Mesir tengah ini disebabkan oleh penyerangan
dari bangsa Hyksos yang menyebabkan Mesir tengah mengalami kehancuran yang
sangat signifikan.
Kerajaan Mesir Baru (1570-1075
BC)
Sesudah Mesir ditaklukan oleh bangsa Hyksos, Mesir
memasuki zaman kerajaan baru atau zaman imperium. Kenapa pada zaman kerajaan
Mesir baru ini disebut dengan zaman imperium, karena pada zaman ini Firaun
Mesir berhasil merebut wilayah atau daerah di Asia Barat termasuk Palestina,
Funisia, dan Syria.
Raja-raja yang memerintah pada zaman Mesir Baru ini adalah
- Ahmosis I. Ia berhasil
mengusir bangsa Hyksos dari Mesir sehingga berkuasalah dinasti ke 18, ke
19 dan ke 20
- Thutmosis I. Pada masa pemerintahannya Mesir
berhasil menguasai Mesopotamia yang subur.
- Thutmosis III. Merupakan raja terbesar Mesir, ia
memerintah bersama istrinya Hatshepsut. Batas wilayah kekuasaannya di
Timur sampai Syiria, di selatan sampai Nubia, di barat sampai Lybia, dan
di Utara sampai pulau Kreta dan Sicilia. Karena tindakannya tersebut ia
digelari “Napoleon dari Mesir”.
- Imhotep IV. Kaisar ini dikenal sebagai
seorang raja yang pertama kali memperkenalkan kepercayaan yang bersifat
monotheis kepada rayat Mesir Kuno yaitu hanya menyembah dewa Aton (dewa
Matahari) yang merupakan roh dan tidak berbentuk. Ia juga menyatakan
sebagai manusia biasa dan bukan dewa.
- Ramses II. Ramses II dikenal membangun
bangunan besar bernama Rammesseum dan kuil serta makamnya di Abusimbel. Ia
juga pernah memerintahkan penggalian sebuah terusan yang menghubungan
daerah sungai Nil dengan Laut merah , namun belum berhasil.
Masa Ramses II diperkirakan sezaman dengan kehidupan
nabi Musa.
Setelah pemerintahan Ramses II, kekuasaan di Mesir
mengalami kemunduran. Mesir ditaklukkan Assyria pada tahun 670 BC dan pada
tahun 525 BC Mesir menjadi bagian imperium Persia. Setelah Persia, Mesir
dikuasai oleh Iskandar Zulkarnaen dan para penggantinya dari Yunani dengan
Dinasti terakhir Ptolemeus. Salah satu keturunan dinasti Ptolemeus adalah ratu
Cleopatra dan sejak tahun 27 BC Mesir menjadi wilayah Romawi.