Sabtu, 30 Maret 2013

Kata Bijak Tokoh Dunia

Kumpulan Kata Bijak Tokoh-Tokoh Dunia

(Mahatma Gandhi)
“Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum”.

(Albert Einstein)
“Berusahalah untuk  tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna”.

(George Downing)
“istilah tidak ada waktu, jarang sekali merupakan sebuah jawaban yang jujur, karena pada hakikatnya kita semua memiliki waktu 24 jam yang sama setiap harinya. Yang perlu ditingkatkan ialah cara membagi waktu dengan lebih cermat dan efisien”.

(Thomas Alva Edison)
“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”

(Confusius)
“Kebanggan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita terjatuh”.

(Johan Wolfgang Goethe)
“Perbuatan-perbuatan salah adalah biasa bagi manusia, tetapi perbuatan pura-pura itulah sebenarnya yang menimbulkan permusuhan dan penghianatan”.

(Evelyn Underhill)
“Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik”.
(Mario Teguh)
“Tidak ada harga atas waktu, tapi waktu sangatlah berharga. Memiliki waktu tidak menjadikan kita kaya, tetapi menggunakannya dengan baik adalah sumber dari semua kekayaan”.

(Goethe)
“Orang yang tidak dapat mengambil pelajaran dari masa tiga ribu tahun, hidup tanpa memanfaatkan akalnya”

(Heraclitus)
“Dunia ini dicirikan dengan adanya kebalikan.
Jika tidak pernah sakit, kita tidak tahu seperti apa rasanya sehat.
Jika tidak mengenal kelaparan, kita tidak tahu merasakan senangnya kenyang.
Jika tidak pernah ada perang, kita tidak dapat menghargai perdamaian.”

(Socrates)
“Orang yang paling bijaksana adalah orang yang mengetahui bahwa dia tidak tahu”

Peradaban Lembah Sungai Nil

Peradaban Lembah Sungai Nil


Peradaban lembah sungai Nil di Mesir Bermula dari kesuburan tanah di sekitar lembah sungai yang diakibatkan oleh meluapnya air sungai akibat banjir dan meninggalkan lumpur di daerah tepi sungai. Hal inilah yang membuat manusia tertarik untuk memulai hidup dan membangun peradaban di daerah sungai Nil ini. Peradaban lembah sungai ini di bangun oleh para masyarakat Mesir kuno.


Kehidupan Masyarakat Mesir Kuno dan Batas-batas Wilayah

Sungai Nil merupakan sungai yang terpanjang di dunia yang mencapai 6400 kilometer. Sungai Nil berhulu di dataran tinggi (pegunungan) Kilimanjaro di Afrika Timur. Sungai Nil mengalir dari arah selatan ke arah utara yang bermuara ke Laut Tengah (Mediterania) dan sungai Nil ini melalui empat negara yaitu Uganda, Sudan, Ethiopia, dan Mesir.

Setiap tahunnya sungai Nil ini selalu mengalami fenomena alam seperti banjir. Luapan banjir itu menggenangi daerah di sekitar kiri dan kanan sungai, sehingga lembah sungai Nil ini menjadi subur selebar antara 15 sampai 50 kilometer.

Adapun batas-batas peradaban lembah sungai Nil ini adalah:
·         Utara Mesir dengan laut tengah (Mediterania)
·         Selatan dengan gurun Nubia di Sudan
·         Timur dengan gurun Arabia di tepi Laut Merah (Red Sea)
·         Barat dengan gurun Libya

Menurut Mitos kepercayaan masyarakat setempat pada masa itu menyebutkan, air sungai yang mengalir terus tersebut adalah air mata dewi Isi yang selalu menangis dan menyusuri sungai Nil untuk mencari jenazah anaknya yang gugur di medan pertempuran.
Namun secara ilmiah, air sunagai nil tersebut berasal dari gletser yang mencair dari pegunungan Kilimanjaro sebagai hulu sungai.

Peranan sungai Nil ini menjadi begitu penting bagi masyarakat di daerah lembah sungai tersebut. Maka tepatlah jikalau Herodotus mengatakan “sungai Nil merupakan hadiah untuk Mesir”

Lembah sungai Nil yang subur mendorong minat masyarakat untuk bertani. Air sungai Nil di manfaatkan untuk irigasi dengan membangun saluran air, terusan-terusan dan waduk. Air sungai di alirkan ke ladang-ladang milik masyarakat secara merata. Untuk memenuhi kebutuhan barang-barang serta untuk menjual hasil produksi rakyat Mesir, maka dijalinlah hubungan dengan Mesopotamia dan Yunani di kawasan Laut Tengah. Peranan sungai Nil adalah sebagai sarana transportasi perdagangan karena banyaknya perahu-perahu dagang yang melintasi sungai Nil ini.


Sistem Kekuasaan Raja-Raja Mesir Kuno

Sejarah perpolitikan di Mesir berawal dari terbentuknya komunitas-komunitas di desa-desa sebagai kerajaan-kerajaan kecil dengan pemerintahan desa. Desa itu disebut oleh masyarakat Mesir adalah Nomen. Dari desa-desa kecil ini berkembanglahmenjadi sebuah kota yang kemudian kota-kota ini disatukan menjadi sebuah kerajaan, oleh itulah terbentuknya kerajaan Mesir Hulu dengan Kerajaan Mesir Hilir.. proses ini berawal dari 4000 BC namun pada tahun 3400 BC seorang penguasa yang bernama Menes mempersatukan kedua kerajaan tersebut menjadi satu kerajaan Mesir Kuno.

Mesir merupakan sebuah kerajaan yang diperintah oleh raja yang bergelar Firaun. Firaun berkuasa secara absolut. Firaun dianggap sebagai dewa dan dipercaya sebagai putera dewa Osiris, seluruh kekuasaan berada ditangannya baik sipil, militer maupun agama.

Sebagai penguasa, firaun mengklaim atas seluruh tanah kerajaan. Rakyat yang tinggal di wilayah kerajaan harus membayar pajak. Untuk keperluan tersebut Firaun memerintahkan untuk sensus penduduk, tanah dan bintang ternak. Firaun membuat undang-undang dan karena itu ia menguasai pengadilan. Sebagai penguasa militer firaun berperan sebagai panglima perang, sedangkan pada waktu damai ia memerintahkan tentaranya untuk membangun kanal-kanal dan jalan raya.

Untuk menjalankan pemerintahannya Firaun mengangkat para pejabat yang ada pada umumnya berasal dari golongan bangsawan. Ada pejabat gubernur yang memerintah propinsi, panglima ketentaraan, hakim di pengadilan dan pendeta untuk melaksanakan upacara keagamaan. Salah satu jabatan yang terpenting adalah Wazir atau Perdana Menteri yang umumnya dijabat oleh putra mahkota.

Sejak tahun 3400 BC sejarah Mesir diperintah oleh tiga puluh dinasti yang berbeda yang terdiri dari tiga zaman yaitu kerajaan Mesir Tua yang berpusat di Memphis, kerajaan Tengah di Awaris dan Mesir Baru di Thebe.

Secara garis besar keadaan pemerintahan raja-raja Mesir adalah sebagai berikut:


Kerajaan Mesir Tua (2660-2180 BC)

Kerajaan Mesir Tua bermula ketika Menes berhasil mempersatukan antara Mesir Hulu dengan Mesir Hilir. Sebagai pemersatu Menes pun digelari Nesutbiti dan digambarkan memakai mahkota kembar.

Kerajaan Mesir tua disebut sebagai zaman Piramida karena pada masa inilah dibangun piramida-piramida terkenal misalnya piramida Sakarah dari Firaun Joser, sedangkan Piramida Gizeh adalah makam Firaun Cheops, Chifren dan Menkawa.

Runtuhnya Mesir Tua disebabkan karena sejak tahun 2500 BC pemerintahan mengalami kekacauan, bangsa-bangsa dari luar misalnya dari Asia Kecil melancarkan serangan ke Mesir, sedangkan para bangsawan banyak yang melepaskan diri dan ingin berkuasa sendiri-sendiri. Akhirnya terjadilah perpecahan antara Mesir Hulu dan Mesir Hilir.


Kerajaan Mesir Tengah (1640-1570 BC)

Kerajaan Mesir Tengah dikenal dengan tampilnya Sesotris III, Sesotris III berhasil memulihkan persatuan dan membangun kembali Mesir. Tindakan yang diambilnya adalah membuka tanah pertanian, pembuatan waduk, membangun proyek irigasi, dan lain-lain. Ia pun meningkatkan perdagangan dengan bangsa luar seperti Palestina, Syria dan pulau Kreta. Sesotris III juga berhasil memperluas wilayah Mesir Ke arah Selatan sampai ke Nubia (kini Ethiopia). Kehancuran kerajaan Mesir tengah ini disebabkan oleh penyerangan dari bangsa Hyksos yang menyebabkan Mesir tengah mengalami kehancuran yang sangat signifikan.


Kerajaan Mesir Baru (1570-1075 BC)

Sesudah Mesir ditaklukan oleh bangsa Hyksos, Mesir memasuki zaman kerajaan baru atau zaman imperium. Kenapa pada zaman kerajaan Mesir baru ini disebut dengan zaman imperium, karena pada zaman ini Firaun Mesir berhasil merebut wilayah atau daerah di Asia Barat termasuk Palestina, Funisia, dan Syria.
Raja-raja yang memerintah pada zaman Mesir Baru ini adalah
  • Ahmosis I. Ia berhasil mengusir bangsa Hyksos dari Mesir sehingga berkuasalah dinasti ke 18, ke 19 dan ke 20
  • Thutmosis I. Pada masa pemerintahannya Mesir berhasil menguasai Mesopotamia yang subur.
  • Thutmosis III. Merupakan raja terbesar Mesir, ia memerintah bersama istrinya Hatshepsut. Batas wilayah kekuasaannya di Timur sampai Syiria, di selatan sampai Nubia, di barat sampai Lybia, dan di Utara sampai pulau Kreta dan Sicilia. Karena tindakannya tersebut ia digelari “Napoleon dari Mesir”.
  • Imhotep IV. Kaisar ini dikenal sebagai seorang raja yang pertama kali memperkenalkan kepercayaan yang bersifat monotheis kepada rayat Mesir Kuno yaitu hanya menyembah dewa Aton (dewa Matahari) yang merupakan roh dan tidak berbentuk. Ia juga menyatakan sebagai manusia biasa dan bukan dewa.
  • Ramses II. Ramses II dikenal membangun bangunan besar bernama Rammesseum dan kuil serta makamnya di Abusimbel. Ia juga pernah memerintahkan penggalian sebuah terusan yang menghubungan daerah sungai Nil dengan Laut merah , namun belum berhasil.
Masa Ramses II diperkirakan sezaman dengan kehidupan nabi Musa.
Setelah pemerintahan Ramses II, kekuasaan di Mesir mengalami kemunduran. Mesir ditaklukkan Assyria pada tahun 670 BC dan pada tahun 525 BC Mesir menjadi bagian imperium Persia. Setelah Persia, Mesir dikuasai oleh Iskandar Zulkarnaen dan para penggantinya dari Yunani dengan Dinasti terakhir Ptolemeus. Salah satu keturunan dinasti Ptolemeus adalah ratu Cleopatra dan sejak tahun 27 BC Mesir menjadi wilayah Romawi.

Peradaban Lembah Sungai Indus

Peradaban Lembah Sungai Indus



Peradaban lembah sungai Indus berada di sepanjang sungai Indus di Pakistan sekarang ini. Mahenjodaro merupakan pusat dari masyarakat yang hidup pada masa peradaban lembah sungai Indus ini.

Peradaban lembah sungai Indus, 2800 BC – 1800 BC, merupakan sebuah peradaban kuno yang hidup sepanjang sungai Indus dan sungai Gangga-Hakra yang sekarang Pakistan dan India Barat.peradaban ini juga sering disebut sebagai Peradaban Harappa Lembah Indus, karena kota penggalian pertamanya di sebut Harappa, atau juga  Peradaban Indus Sarasvati karena sungai Sarasvati yang mungkin kering pada akhir 1900 BC

Penemuan kebudayaan sungai India kuno, berawal pada abad ke 19 (tahun 1870) dan mulai di eksplorasi oleh bangsa Inggris. Hingga sekarang, penggalian kebudayaan India Kuno tidak pernah berhenti, bahkan menemukan lagi sebuah aliran sungai kuno lainnya, pada dua sisi aliran sungai kuno ini tidak sedikit di temukan jugapeninggalan kuno lainnya.

Letak pusat kebudayaan sungai Indus tepatnya di daerah perbukitan Baluchistan, yang menghasilkan kebudayaan Nal, dengan pantai Makran hingga sisi barat delta Indus, yang menghasilkan kebudayaan Kulli. Juga terdapat si sepanjang sungai-sungai di Rajastan serta Punjab. Yang di maksud dengan kebudayaan Harappa meliputi daerah Punjab, Indus dan Rajastan, semuanya itu lebih terkenal dengan nama kebudayaan Harappa dan Mohenjodaro.

Penemuan arkheologi di Mohenjodaro dan Harappa mula-mula terjadi pada  waktu para pekerja sedang memasang rel kereta api dari karachi ke Panjab pada pertengahan abad ke 19. Setelah di lakukan penyelidikan hasilnya pun sangat mengagumkan. Kota ini baik sekali letaknya, jalannya lebar sampai 10 m lebar dan membujur hingga sejauh 2 km. Semacam trotoir selebar setengah meter mengapit kanan kir jalan. Jalan-jalan tersebut membujur membentuk siku-siku ke utara selatan dan timur barat. Hal menarik  ialah tidak di temukannnya hiasan pada bangunan rumah, sementara itu setiap rumah memiliki jendela dan pintu yang menghadap ke arah jalan. Sisa-sisa rumah tersebut menunjukkan rumah tersebut memiliki loteng yang beratap datar.

Penggalian-penggalian selanjutnya mengungkap sebuah gambaran mengenai adat istiadat dan kebiasaan masyarakat pada waktu itu. Misalnya, banyak dijumpai amulet-amulet atau benda-benda kecil sebagai azimat yang berlobang-lobang, barangkali di gunakan sebagai kalung. Selanjutnya juga di temui matere yang dibuat dari tanah liat dan kebanyakan memuat tulisan-tulisan pendek dalam huruf piktograf, yaitu tulisan yang bentuknya seperti gambar.

Teknik penuangan logam yang mereka lakukan ternyata telah tinggi. Mereka membuat piala-piala emas, perak, timah hitam, tembaga maupun perunggu. Perkakas hidup lain berupa benda tajam dibuat dengan baik pula, namun senjata tombak, ujung anak panah ataupun pedang sangat rendah mutu dalam pembuatannya. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa masyarakat lembah sungai Indus cinta damai dan tidak menyukai dengan namanya perang. Pada bidang kesenian di temukan alat-alat permainan berupa papan bertanda serta keping-keping lain.

Cara penguburan jenazah nampaknya mempunyai bermacam-macam cara tergantung dari suku bangsa, di Hohenjodaro misalnya, tidak adanya kuburan seolah-olah menunjukkan bahwa adanya kebiasaan membakar jenazah dan abu jenazahnya di tempatkan pada tempat khusus. Bukti juga menunjukkan bahwa di Harappa kebiasaan menguburkan jenazah tetap terdapat.

Dari segi keyakinan hidup mereka yang mendukung kebudayaan lembah sungai indus itu. Obyek yang paling umum dipuja-puja orang yang nampaknya adalah tokoh ‘Mother Goddness’ yaitu tokoh semacam ibu pertiwi, yang banyak di puja orang daerah Asia kecil. Kelangsungan kehidupan politik setelah zaman Harappa hingga masa Arya nampaknya terganggu oleh hal-hal seperti menyusutnya penduduk yang tinggal di kawasan lembah sungai indus selama paroh kedua millenium II sebelum tarikh masehi. Mungkin saja hal itu terjadi karena pendukung kebudayaan sungai Indus itu musnah ataupun melarikan diri untuk mencari selamat ke bagian daerah lain, sementara para penyerang tidak bermaksud untuk melanjutkan tata pemerintahan lama. Hal itu bisa saja terjadi karena diduga tingkat peradaban bangsa penyerang yang masih dalam tahapan mengembara tidak mampu melanjutkan kepemimpinan masyarakat lembaha sungai Indus yang relatif lebih maju atas dasar kualitas peninggalan kebudayaan mereka tinggalkan. 1500 BC peradaban harappa dan Mohenjodaro runtuh tidak lama setelah para pendatang Arya itu memasuki wilayah India lewat Iran. Sejak itu maka di mulailah sebuah masa baru dalam perkembangan kebudayaan India di bagian utara.
 

Perlawanan Patimura Menghadapi Kolonialisme

Perlawanan Patimura Menghadapi Kolonialisme



   A.      Latar Belakang Perlawanan
 
Perlawanan Pattimura terjadi di Sapura, yaitu sebuah kota kecil di dekat pulau Ambon. Sebab-sebab terjadinya perlawanan :
a)      Kembalinya pemerintahan kolonial Belanda di Maluku dari tangan Inggris.
b)  Pemerintahan kolonial Belanda memberlakukan kembali penyerahan wajib dan kerja wajib yang sudah dihapuskan oleh Inggris.
c)       Pemerintahan kolonial Belanda mengeluarkan uang kertas sebagai pengganti uang logam yang sudah berlaku di Maluku, yang menambah kegelisahan rakyat.
d)      Belanda mulai menggerakkan tenaga dari kepulauan Maluku untuk menjadi tentara Belanda.


  B.      Tokoh-tokoh Perlawanan

  a)      Kapiten Pattimura (Thomas Mattulessi)
  b)      Rhebok
  c)      Thomas Pattiwel
  d)      Raja tiow
  e)      Lukas Lutamahina
  f)       Johanes Mattulessi


  C.      Jalannya Perang

Sejak awal bulan Maret 1817 berbagai kelompok Maluku Tengah sudah mulai mengadakan pertemuan-pertemuan untuk membicarakan situasi baru akibat adanya rencana-rencana pemindahan kekuasaan dari tangan Inggris ke Belanda. Pada pertemuan tanggal 14 Mei 1817 di Pulau Saparua para pemuda dan penguasa-penguasa desa (raja atau patih dan orang kaya) memutuskan untuk menghancurkan pusat kekuasaan kolonial do Banten Duurstade yang terletak di pulau Saparua. Keputusan yang sangat dirahasiakan ini diteruskan kepada setiap negeri di pulau itu. Selain itu dalam musyawarah di tempat itu mereka juga memilih Thomas Mattulessi sebagai pemimpin perang dengan julukan Pattimura.

Nyaris rencana penyerbuan Duurstede buyar karena beberapa golongan pemuda dari desa Porto tidak sabar. Pada malam hari tanggal 14 Mei 1817, kelompok pemuda ini mendatangi dan membongkar perahu milik pemerintah yang sedianya akan mengangkut kayu bahan bangunan dari Porto ke Ambon. Pada malam hari hari itu juga para pemuda mulai berdatangan sekitar benteng Duurstede dan pagi harinya tanggal 15 mei 1817 tembakan-tembakan mulai dilancarkan. Tidak lama kemudia Kapiten Pattimura tiba untuk memimpin penyerbuan ke arah Duurstede. Dua kali penyerbuan dilakukan tanpa hasil. Tembakan-tembakan meriam dari arah benteng tidak dapat ditandingi para pemuda yang hanya bersenjatakan beberapa bedil, pedang, tombak, dan lain-lain. Namun karena tembakan-tembakan mesiu itu habis dan akhirnya para serdadu yang berada di dalam benteng menyerahkan diri. Setiap penguni benteng tersebut termasuk Residen Van Den Berg beserta keluarganya musnah, kecuali seorang puteranya yang berumur lima tahun.

Jatuhnya Duurstede bagi Belanda merupakan suatu pukulan besar. Sebab itu tidak lama kemudian mereka menyusun suatu kekuatan untuk merebutnya kembali. Pasukan yang dipimpin Mayor Beetjes itu tiba di Saparua pada tanggal 20 Mei 1817. Pasukan Beetjes tiba sekitar pukul 11.00 dan mendarat di sebelah barat dari benteng Duurstede.

Sejak armada kapal Beetjes memasuki teluk Saparua, Kapitan Pattimura sudah siap dengan strategi yang telah disusunnya. Seluruh pasuka telah disusun rapi di sepanjang pantai. Setiap gerakan armada diikuti oleh pasukan itu dengan cermat. Sekitar 1000 orang yang bersenjatakan bedil dan sebagian lagi bersenjatakan pedang dan tombak segera dikonsentrasikan di tempat pendaratan Belanda. Strategi yang diterapkan oleh Pattimura berhasil menghancurkan pasukan Beetjes pada tanggal 25 Mei 1817. setelah itu strategi selanjutnya dari Pattimura yaitu melakukan penyerbuan ke arah benteng Zeelandia di Pulau Haruku.

Penyerbuan pertama dilakukan pada tanggal 30 Mei 1817, serangan pasukan Pattimura yang pertama berhasil digagalkan oleh pihak Belanda. Para pasukan Pattimura tidak berani untuk mendekati Benteng Belanda, karena tembakan meriam yang dilakukan oleh serdadu Belanda dari arah Benteng tersebut. Sedianya keesokan harinya akan dilakukan serangan lagi dari pihak Pattimura, tapi rencana itu tertunda, dikarenakan Belanda berhasil menangkap salah seorang pasukan, dan disiksa sehingga terpaksa harus menceritakan rencana tersebut.

Tiga hari setelah itu, serangan dilancarkan kembali dari pukul 08.30 sampai sekitar pukul 11.30. Serangan yang dilakukan beberapa jam ini mendapat balasan dari pihak Belanda yang menembakkan meriam ke arah pasukan Pattimura sehingga gerombolan pasukan yang dipimpin Pattimura menjadi buyar dan berserakkan. Setelah satu minggu setelah penyerbuan ke benteng Zeelandia ini, muncul beberapa pihak yang mencoba untuk melakukan perundingan. Sebuah bendera di tancapkan di tepi pantai dengan sepucuk surat yang memaklumkan gencatan senjata 24 jam untuk menjajaki usaha-usaha perundingan.

Namun Perundingan yang diprakarsai oleh Groot ternyata gagal, kecurigaan dari pihak Grootlah yang menyebabkan perundingan ini menjadi gagal. Dengan  demikian peperangan dilancarkan kembali. Armada dan pasukan Groot kini menuju ke Duurstede yang memang sengaja dilepaskan oleh kapitan Pattimura karena sudah sejak semula mesiu dari meriam-meriamnya telah habis. Sekalipun pasukan-pasukan Groot berhasil menguasai benteng tersebut, namun di luar tembok-temboknya pasukan Pattimura tetap berkuasa.


D. Akhir Perang

 Perlawanan yang tidak kunjung reda di Saparua, Haruku dan Ambon dengan bantuan pasukan-pasukan Alifuru dari Seram itu berlangsung terus dalamm bulan Agustus sampai November. Sekalipun persenjataan Pattimura tidak lengkap karena hanya kira-kira 20% saja dari pasukannya memiliki bedil tua yang biasanya dipakai untuk berburu, sedangkan sebagian besar hanya memakai parang, tombak, dan perisai. Kendati demikian walau hanya dengan persenjataan yang seadanya tetapi itu semua didukung oleh strategi yang mempuni sehingga penyerangan dapat dilakukan secara efektif.

Dalam bulan November 1817, pasukan Belanda mendapatkan bantuan 1500 orang dari kerajaan ternate dan tidore atas permintaan Gubernur Middelkoop, dan sebuah armada yang lebih kuat dari jawa yang dipimpin langsung oleh Laksamana Muda A.A Buyskes yang selain menjabat panglima armada di Hindia belanda juga menjadi Komisaris Jenderal I atau orang pertama di Batavia.

Dengan kekuatan yang besar, Buyskes mengirimkan sebuah pasukan kecil yang terdiri dari orang-orang ternate dan tidore untuk memotong jalan melalui hutan dan pegunungan arah ke Ambon. Pada Desember 1817 Pasukan pimpinan Buyskes berhasil meredakan pertempuran dan menangkap Kapitan pattimura bersama dengan tiga orang panglimanya, dan mereka dijatuhi hukuman mati yang dijalankan di Benteng Niuew Victoria di Ambon. beberapa pemimpin yang lain juga bernasib sama.

Jumat, 29 Maret 2013

Poltik dan Ekonomi Indonesia 1808-1811



Politik dan Ekonomi Indonesia 1808-1811


Pada tahun 1808-1811 ini dalam menjalankan pemerintahannya di Nusantara dipimipin oleh Herman Williem Daendels. Ia diutus oleh Louis Napoleon untuk mempertahankan pulau Jawa dari Inggris yang ingin merebut daerah jajahan Belanda, karena pada waktu itu Belanda sudah ditaklukkan oleh Perancis. Sebenarnya ada tiga daerah daerah yang menjadi target serangan Inggris yaitu Tanjung Harapan, Jawa, dan Maluku. Namun dari ketiga daerah tersebut Daendels lah yang di kirim ke Jawa untuk mengantisipasi serangan Inggris terhadap daerah jajahan. Selain bertugas untuk mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris, Daendels mempunyai tugas lain yaitu untuk memperbaiki nasib rakyat, selaras dengan Revolusi Perancis dan menyelidiki dan  melaporkan masalah-masalah kepadanya sekitar Contingenten.

Dalam menjalankan pemerintahannya, Daendels dijiwai oleh ideologi yang sama dengan Dirk Van Hogendorp yaitu sebagai kaum liberal dengan memberantas sistem feodal yang sangat diperkuat oleh VOC. Dalam artian sistem feodal ini bersifat tertutup sehingga dapat menghalangi perubahan yang akan diciptakan Daendels.


Untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan serta hak-hak bupati mulai dibatasi, terutama yang menyangkut penguasaan tanah dan pemakaian tenaga rakyat, baik yang wajib tanam dan wajib kerja hendak dihapuskannya. Hal ini tidak hanya mengurangi pemerasan oleh para penguasa tetapi juga lebih selaras dengan prinsip kebebasan berdagang. Kondisi pada waktu itu menjadi hambatan bagi pokok pelaksanaan ide-ide bagus tersebut, adapun hambatan-hambatan tersebut ialah

    1). Keadaan yang masih berlaku zaman VOC

Keadaan yang berlaku di zaman VOC itu adalah bahwa para bupati dan penguasa tanah lainnya masih memegang peranan dalam perdagangan. Sebagai perantara mereka memperoleh keuntungan antara lain berupa prosenan kultur, ialah persentase tertentu dari harga tafsiran penyerahan wajib dan kontingen yang dipungut dari rakyat. Sistem ini mengakibatkan pasar bebas tidak dapat berkembang dan tidak muncul suatu golongan pedagang, suatu unsur sosial yang lazim berperan penting dalam proses liberalisasi masyarakat feodal.
    2). Dalam struktur feodal itu kedudukan bupati sangat kuat
Hal ini dapat menghalangi dalam melakukan setiap tindakan perubahan tetapi kerja sama dengan mereka. Kepemimpinan sangat berakar kuat dalam masyarakat sehingga tidak mudah menggeser kedudukan mereka.
        
    3). Tugas pemerintahan Daendels sendiri untuk mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris
Dalam menjalankan tugasnya, Daendels membangun jalan untuk perhubungan di Jawa yaitu jalan dari Anyer sampai Panarukan, kemudian terkenal dengan jalan Raya Pos (Grote Postweg)



Dalam menjalankan  tugasnya sebagai Gubernur Jenderal di pulau Jawa maka usaha-usaha yang dilakukannya antara lain:
    ·         Membangun jalam dari Anyer-Panarukan
    ·         Mengefisiensikan pemerintahan dan menghapus korupsi
    ·         Memperkuat angkatan darat dengan cara memperbanyak jumlah tentara.
    ·         Meperkuat angkatan Laut dengan cara melakukan pembangunan angkatan laut di ujung kulon.
    ·         Membuat pelabuhan militer di Surabaya.
    ·         Melakukan perbaikan keuangan pemerintah
 


Sesuai dengan prinsip-prinsip kebijaksanaan Daendels membatasi kekuasaan para raja dengan cara mengatur kembali hak untuk mengangkat penguasa daerah, termasuk larangan untuk menjual belikan jabatan. Perubahan peraturan untuk pertama kalinya yang diterapkan oleh Daendels adalah peraturan mengenai upacara penerimaan residen di Istana Surakarta dan Yogyakarta. Menurut peraturan tersebut, residenn di kerajaan itu harus diberi penghormatan sebagai wakil dari suatu kekuasaan yang tertinggi dan menempatkannya sejajar dengan Raja. Di istana Surakarta peraturan ini dapat diterima oleh keluarga kerajaan, namun tidak demikian di kerajaan Yogyakarta. Sultan Hamengkubuwono II atau sultan Sepuh menentang peraturan ini, akibatnya pada tahun 1810 ia dipaksa turun tahta lewat ekspedisi militer yang dipimpin langsung oleh Daendels sendiri. Sebagai penggantinya diangkatlah putra mahkotanya menjadi raja dengan gelar Sultan Hamengkubuwono III atatu Sultan Rojo. Peristiwa itu memaksa Yogyakarta dan Surakarta menerima peraturan baru tersebut pada tahun 1811 yang mengakibatkan kedua kerajaan tersebut kehilangan sebagian dari wilayahnya.

Dengan dibangunnya jalan raya pos, diletakkannya sarana dan prasaran yang sangat penting bukan untuk kepentingan militer saja, namun juga untuk perkembangan ekonomi, sosial, dan politik Jawa. Ini berarti bahwa pembangunan jalan raya pos ini tidak hanya berfungsi dalam bidang transportasi tetapi juga dalam bidang administrasi pemerintahan dan mobilitas sosial.

Selain dari kebijakan yang dilakukan oleh Daendels tersebut, adapun usaha lain yang dilakukannya dalam bidang ekonomi khususnya:
    · Membuat dewan pengawas keuangan negara dan dilakukannya pemberantasan korupsi dengan keras.
   ·Pajak in nature (Kontingen) dan sistem sistem penyerahan wajib yang sudah ada sejak zaman VOC yang lebih diperberat.
    · Mengadakan monopoli perdagangan bebas.
    · Mengadakan pinjaman paksa terhadap orang-orang yang dianggap mampu. Bagi yang menolak akan dijatuhi hukuman.
     · Penjualan tanah kepada pihak swasta.
   ·Mengadakan Preanger Stelsel, yaitu kewajiban rakyat Priangan dan sekitarnya untuk menanam tanaman ekspor seperti kopi.
    ·Menghidupkan kembali surat kabar, Bataviasce Coloniale Courant.
    ·Mencetak mata uang kertas.

Hal ini mengakibatkan rakyat dipaksa untuk melakukan kerja rodi untuk membangun jalan Raya Pos, sehingga perbudakan menjadi berkembang. Banyak rakyat kehilangan haknya dengan pemerintahan  yang otoriter yang diterapkan oleh Daendels.

   Pemerintaha Gubernur Jenderal Herman Williem Daendels ini tidak bertahan lama sehingga pada tahun 1811 mengalami kejatuhan. Adapun penyebab kejatuhannya antara lain:
   ·Kas kosong akibat perbuatannya.
  ·Blokade yang dilakukan Inggris membuat hilangnya pemasukan dari sektor perdagangan bahkan untuk mata uang.
  ·Proyek besar Daendels memakan biaya yang besar sedangkan pada saat itu kondisi keuangan sedang memburuk.
   ·Sikap otoriternya menimbulkan pertentangan dan perlawanan.
   ·Keburukan dalam sistem administrasi pemerintahan.
  
Pada masa akhir pemerintahannya, ia deikenal sebagai seorang Jenderal yang gila akan kehormatan, kekuasaan, dan sangat keras kemauannya sehingga memaksa rakyat untuk menuruti kemauannya sehingga menimbulkan penderitaan bagi rakyat yang tidak jauh berbeda dengan nasib mereka pada masa VOC. Hal ini membuat Louis Napoleon merasa tersinggung dengan tindakan yang telah dilakukan oleh Daendels demi kepentingannya, sehingga pada tahun 1811 tersebut ia dipanggil ke Eropa dan digantikan oleh Jansen.