Sabtu, 30 Maret 2013

Peradaban Lembah Sungai Indus

Peradaban Lembah Sungai Indus



Peradaban lembah sungai Indus berada di sepanjang sungai Indus di Pakistan sekarang ini. Mahenjodaro merupakan pusat dari masyarakat yang hidup pada masa peradaban lembah sungai Indus ini.

Peradaban lembah sungai Indus, 2800 BC – 1800 BC, merupakan sebuah peradaban kuno yang hidup sepanjang sungai Indus dan sungai Gangga-Hakra yang sekarang Pakistan dan India Barat.peradaban ini juga sering disebut sebagai Peradaban Harappa Lembah Indus, karena kota penggalian pertamanya di sebut Harappa, atau juga  Peradaban Indus Sarasvati karena sungai Sarasvati yang mungkin kering pada akhir 1900 BC

Penemuan kebudayaan sungai India kuno, berawal pada abad ke 19 (tahun 1870) dan mulai di eksplorasi oleh bangsa Inggris. Hingga sekarang, penggalian kebudayaan India Kuno tidak pernah berhenti, bahkan menemukan lagi sebuah aliran sungai kuno lainnya, pada dua sisi aliran sungai kuno ini tidak sedikit di temukan jugapeninggalan kuno lainnya.

Letak pusat kebudayaan sungai Indus tepatnya di daerah perbukitan Baluchistan, yang menghasilkan kebudayaan Nal, dengan pantai Makran hingga sisi barat delta Indus, yang menghasilkan kebudayaan Kulli. Juga terdapat si sepanjang sungai-sungai di Rajastan serta Punjab. Yang di maksud dengan kebudayaan Harappa meliputi daerah Punjab, Indus dan Rajastan, semuanya itu lebih terkenal dengan nama kebudayaan Harappa dan Mohenjodaro.

Penemuan arkheologi di Mohenjodaro dan Harappa mula-mula terjadi pada  waktu para pekerja sedang memasang rel kereta api dari karachi ke Panjab pada pertengahan abad ke 19. Setelah di lakukan penyelidikan hasilnya pun sangat mengagumkan. Kota ini baik sekali letaknya, jalannya lebar sampai 10 m lebar dan membujur hingga sejauh 2 km. Semacam trotoir selebar setengah meter mengapit kanan kir jalan. Jalan-jalan tersebut membujur membentuk siku-siku ke utara selatan dan timur barat. Hal menarik  ialah tidak di temukannnya hiasan pada bangunan rumah, sementara itu setiap rumah memiliki jendela dan pintu yang menghadap ke arah jalan. Sisa-sisa rumah tersebut menunjukkan rumah tersebut memiliki loteng yang beratap datar.

Penggalian-penggalian selanjutnya mengungkap sebuah gambaran mengenai adat istiadat dan kebiasaan masyarakat pada waktu itu. Misalnya, banyak dijumpai amulet-amulet atau benda-benda kecil sebagai azimat yang berlobang-lobang, barangkali di gunakan sebagai kalung. Selanjutnya juga di temui matere yang dibuat dari tanah liat dan kebanyakan memuat tulisan-tulisan pendek dalam huruf piktograf, yaitu tulisan yang bentuknya seperti gambar.

Teknik penuangan logam yang mereka lakukan ternyata telah tinggi. Mereka membuat piala-piala emas, perak, timah hitam, tembaga maupun perunggu. Perkakas hidup lain berupa benda tajam dibuat dengan baik pula, namun senjata tombak, ujung anak panah ataupun pedang sangat rendah mutu dalam pembuatannya. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa masyarakat lembah sungai Indus cinta damai dan tidak menyukai dengan namanya perang. Pada bidang kesenian di temukan alat-alat permainan berupa papan bertanda serta keping-keping lain.

Cara penguburan jenazah nampaknya mempunyai bermacam-macam cara tergantung dari suku bangsa, di Hohenjodaro misalnya, tidak adanya kuburan seolah-olah menunjukkan bahwa adanya kebiasaan membakar jenazah dan abu jenazahnya di tempatkan pada tempat khusus. Bukti juga menunjukkan bahwa di Harappa kebiasaan menguburkan jenazah tetap terdapat.

Dari segi keyakinan hidup mereka yang mendukung kebudayaan lembah sungai indus itu. Obyek yang paling umum dipuja-puja orang yang nampaknya adalah tokoh ‘Mother Goddness’ yaitu tokoh semacam ibu pertiwi, yang banyak di puja orang daerah Asia kecil. Kelangsungan kehidupan politik setelah zaman Harappa hingga masa Arya nampaknya terganggu oleh hal-hal seperti menyusutnya penduduk yang tinggal di kawasan lembah sungai indus selama paroh kedua millenium II sebelum tarikh masehi. Mungkin saja hal itu terjadi karena pendukung kebudayaan sungai Indus itu musnah ataupun melarikan diri untuk mencari selamat ke bagian daerah lain, sementara para penyerang tidak bermaksud untuk melanjutkan tata pemerintahan lama. Hal itu bisa saja terjadi karena diduga tingkat peradaban bangsa penyerang yang masih dalam tahapan mengembara tidak mampu melanjutkan kepemimpinan masyarakat lembaha sungai Indus yang relatif lebih maju atas dasar kualitas peninggalan kebudayaan mereka tinggalkan. 1500 BC peradaban harappa dan Mohenjodaro runtuh tidak lama setelah para pendatang Arya itu memasuki wilayah India lewat Iran. Sejak itu maka di mulailah sebuah masa baru dalam perkembangan kebudayaan India di bagian utara.
 

Tidak ada komentar: