Peradaban
Lembah Sungai Indus
Peradaban
lembah sungai Indus berada di sepanjang sungai Indus di Pakistan sekarang ini.
Mahenjodaro merupakan pusat dari masyarakat yang hidup pada masa peradaban
lembah sungai Indus ini.
Peradaban
lembah sungai Indus, 2800 BC – 1800 BC, merupakan sebuah peradaban kuno yang
hidup sepanjang sungai Indus dan sungai Gangga-Hakra yang sekarang Pakistan dan
India Barat.peradaban ini juga sering disebut sebagai Peradaban Harappa Lembah
Indus, karena kota penggalian pertamanya di sebut Harappa, atau juga Peradaban Indus Sarasvati karena sungai
Sarasvati yang mungkin kering pada akhir 1900 BC
Penemuan
kebudayaan sungai India kuno, berawal pada abad ke 19 (tahun 1870) dan mulai di
eksplorasi oleh bangsa Inggris. Hingga sekarang, penggalian kebudayaan India
Kuno tidak pernah berhenti, bahkan menemukan lagi sebuah aliran sungai kuno
lainnya, pada dua sisi aliran sungai kuno ini tidak sedikit di temukan
jugapeninggalan kuno lainnya.
Letak
pusat kebudayaan sungai Indus tepatnya di daerah perbukitan Baluchistan, yang
menghasilkan kebudayaan Nal, dengan pantai Makran hingga sisi barat delta
Indus, yang menghasilkan kebudayaan Kulli. Juga terdapat si sepanjang
sungai-sungai di Rajastan serta Punjab. Yang di maksud dengan kebudayaan
Harappa meliputi daerah Punjab, Indus dan Rajastan, semuanya itu lebih terkenal
dengan nama kebudayaan Harappa dan Mohenjodaro.
Penemuan
arkheologi di Mohenjodaro dan Harappa mula-mula terjadi pada waktu para pekerja sedang memasang rel kereta
api dari karachi ke Panjab pada pertengahan abad ke 19. Setelah di lakukan
penyelidikan hasilnya pun sangat mengagumkan. Kota ini baik sekali letaknya,
jalannya lebar sampai 10 m lebar dan membujur hingga sejauh 2 km. Semacam
trotoir selebar setengah meter mengapit kanan kir jalan. Jalan-jalan tersebut
membujur membentuk siku-siku ke utara selatan dan timur barat. Hal menarik ialah tidak di temukannnya hiasan pada
bangunan rumah, sementara itu setiap rumah memiliki jendela dan pintu yang menghadap
ke arah jalan. Sisa-sisa rumah tersebut menunjukkan rumah tersebut memiliki
loteng yang beratap datar.
Penggalian-penggalian
selanjutnya mengungkap sebuah gambaran mengenai adat istiadat dan kebiasaan
masyarakat pada waktu itu. Misalnya, banyak dijumpai amulet-amulet atau
benda-benda kecil sebagai azimat yang berlobang-lobang, barangkali di gunakan
sebagai kalung. Selanjutnya juga di temui matere yang dibuat dari tanah liat
dan kebanyakan memuat tulisan-tulisan pendek dalam huruf piktograf, yaitu
tulisan yang bentuknya seperti gambar.
Teknik
penuangan logam yang mereka lakukan ternyata telah tinggi. Mereka membuat
piala-piala emas, perak, timah hitam, tembaga maupun perunggu. Perkakas hidup
lain berupa benda tajam dibuat dengan baik pula, namun senjata tombak, ujung
anak panah ataupun pedang sangat rendah mutu dalam pembuatannya. Hal tersebut
mengisyaratkan bahwa masyarakat lembah sungai Indus cinta damai dan tidak
menyukai dengan namanya perang. Pada bidang kesenian di temukan alat-alat
permainan berupa papan bertanda serta keping-keping lain.
Cara
penguburan jenazah nampaknya mempunyai bermacam-macam cara tergantung dari suku
bangsa, di Hohenjodaro misalnya, tidak adanya kuburan seolah-olah menunjukkan
bahwa adanya kebiasaan membakar jenazah dan abu jenazahnya di tempatkan pada
tempat khusus. Bukti juga menunjukkan bahwa di Harappa kebiasaan menguburkan
jenazah tetap terdapat.
Dari
segi keyakinan hidup mereka yang mendukung kebudayaan lembah sungai indus itu.
Obyek yang paling umum dipuja-puja orang yang nampaknya adalah tokoh ‘Mother
Goddness’ yaitu tokoh semacam ibu pertiwi, yang banyak di puja orang daerah
Asia kecil. Kelangsungan kehidupan politik setelah zaman Harappa hingga masa
Arya nampaknya terganggu oleh hal-hal seperti menyusutnya penduduk yang tinggal
di kawasan lembah sungai indus selama paroh kedua millenium II sebelum tarikh
masehi. Mungkin saja hal itu terjadi karena pendukung kebudayaan sungai Indus
itu musnah ataupun melarikan diri untuk mencari selamat ke bagian daerah lain,
sementara para penyerang tidak bermaksud untuk melanjutkan tata pemerintahan
lama. Hal itu bisa saja terjadi karena diduga tingkat peradaban bangsa
penyerang yang masih dalam tahapan mengembara tidak mampu melanjutkan
kepemimpinan masyarakat lembaha sungai Indus yang relatif lebih maju atas dasar
kualitas peninggalan kebudayaan mereka tinggalkan. 1500 BC peradaban harappa
dan Mohenjodaro runtuh tidak lama setelah para pendatang Arya itu memasuki
wilayah India lewat Iran. Sejak itu maka di mulailah sebuah masa baru dalam
perkembangan kebudayaan India di bagian utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar